Selasa, 25 Desember 2012

# SEBUNGKUS COKELAT #

TANGAN Jueni terus mengayunkan sabit,memotong ranting-ranting kering pohon kakao yang tumbuh merangas.Sengatan sinar matahari yang membakar kulit seakan tak dirasakan,saat ia menyibak dengan hati-hati buah yang bergelantungan.

Sembari memangkas,Jueni menghitung,ada lima buah.Pohon yang satu ini berbuah lumayan,pikirnya.Pohon-pohon kakao yang,hanya berbuah paling banyak tiga.
Sebelum beranjak dari tempat itu,Jueni memandangi lagi pohon-pohon kakao miliknya.

Sesampainya dirumah,Jueni menyisipkan sabit dibelakang rumahnya yang terbuat dari geribik bambu.Ia lalu ke sumur dan menimba air untuk membasuh muka dan tangan.Dibukanya pintu dapur,dan lansung menuju keruang tengah sekaligus ruang tamunya.Di sana,di amben bambu yang reot,anaknya laki-laki terbaring berselimutkan kain jarik.Ia raba dahi anaknya.Masih panas.
"Bapak?"kata anaknya sembari membuka mata saat merasakan tangan basah ayahnya di dahinya.
"Mulutku pahit,Pak,"kata anaknya menggigil.
Jueni lalu kedapur,ia ambil sesedok gula pasir dari stoples plastik.Lalu ia suapkan ke mulut anaknya.tanpa membuka mata,anaknya menjulurkan lidah untuk mengecap manisnya gula.
"Uhuk-uhuk....!! anaknya terbatuk saat butiran gula itu masuk ke tenggorokan.
"Pak,pengen makan cokelat,"kata anaknya.

Jueni terdiam.Di samping kepala anaknya,tampak pembungkus cokelat yang sudah tidak ada lagi isinya.Cokelat itu pemberian kawan anaknya yang sekolah di kelas 1 di SD Inpres.Di ambilnya pembungkus itu.lalu ia kegantungan baju.Dari saku baju itu,ia mengambil uang.Dia hitung ada Rp 4.000.Ia berpikir,apakah akan menunggu istrinya yang sedang menjual 2 kilo biji kakao.Namun,anaknya ia lihat terus menggigil dan mengecap-ngecapkan lidah karena kepahitan.Jueni tak tahan.
Dengan membawa pembungkus cokelat dan uang Rp4.000,ia lalu keluar.

Sesampainnya di minimarket,jueni langsung menyerahkan pembungkus itu ke pelayan yang ramah.Pelayan itu lalu mengambil cokelat yang sama dengan pembungkus itu.Di kasir,pelayan menghitung."Dua belas ribu,Pak,"kata pelayan itu.
Jueni terdiam.Uangnya tidak cukup membeli cokelat.Jueni mengusap matanya yang mulai basah oleh air mata.Ia lalu pulang tanpa membawa cokelat yang di inginkan anaknya.Petani cokelat ini,tak mampu membeli cokelat untuk anaknya yang sedang meriang.#

@#@#$#$@#@%#$%@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar