Minggu, 20 Januari 2013

Asal Mula Nama Warkop DKI

Ghiboo.com - Mungkin tak banyak yang tahu asal-mula grup lawak ini memilih Warung Kopi sebagai identitas mereka.

Sebagai mahasiswa yang melek dengan keadaan sosial-politik, Indro dan kawan-kawan sadar betul bahwa hanya ada satu tempat di negeri ini yang menjunjung arti demokrasi sebenarnya. Tempat yang dimaksud adalah warung kopi.

"Kedewasaan demokrasi yang baik hanya ada di warung kopi," tutur Indro. "Di sana, orang bebas bicara, bebas membantah, bebas tertawa, tanpa berantem. Karena itulah nama Warung Kopi kami pilih untuk grup ini."

Dalam setiap performanya, Warkop selalu melontarkan kritik pedas terhadap pemerintah sebagai kontrol sosial. Padahal, di era itu, rakyat Indonesia dikukung oleh pemerintahan yang represif.

Namun, bagi Warkop, yang mereka lakukan adalah salah satu tanggung jawab sebagai rakyat. Dan karena itulah, mereka berani mengungkapkan kritik terhadap pemerintah, walau pernah pula berakhir di kantor polisi.

"Tapi, kami tetap berani menyuarakan suara rakyat karena memang itulah tujuan kami. Kami konsisten menempatkan diri sebagai rakyat," lanjut Indro.

"Dan kami lebih baik memiliki arti di mata masyarakat ketimbang menjadi kaya. Ada dua jenis kepuasan di dunia ini, yaitu kepuasan batin dan materi. Mana yang prioritas? Warkop lebih mengutamakan kepuasan batin. Ada kepuasan batin tersendiri ketika kami mampu mewakili suara rakyat."

Memiliki arti di mata masyarakat adalah salah satu nilai yang dijunjung tinggi oleh Warkop hingga detik ini.

Bahkan, ketika dunia perfilman memandang karya-karya Warkop dengan sebelah mata, Indro dan kawan-kawannya tidak peduli.

Menanggapi hal tersebut, menurut Indro, kedua rekannya pernah mengatakan hal yang sama. "Tak usah pedulikan mereka yang tidak menganggap Warkop. Yang harus kita pedulikan adalah jutaan masyarakat yang menonton Warkop," kenang Indro.

"Mas Dono dan Mas Kasino selalu mengatakan bahwa kita harus mendahulukan kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan pribadi."

Hingga saat ini, prinsip tersebut selalu dipeluk Indro, bahkan di luar dunia Warkop sekalipun. (Gaiz)


























































- Berawal dari 'main-main' dalam acara radio Prambors di tahun '70-an, siapa yang menyangka bahwa grup lawak yang digawangi oleh Dono, Kasino, Nanu, Rudy Badil, dan Indro ini akhirnya melesat dan menjadi pancang utama dunia lawak Indonesia. Akui saja.

Dari generasi tahun 1970 hingga 2000, siapa yang melewati masa pertumbuhannya tanpa pernah mendengar banyolan konyol nan pedas Warkop?

Bahkan, ketika satu per satu personelnya mundur, mulai dari Rudy Badil, lalu Nanu, hingga akhirnya meninggalkan tiga personel yang sangat lekat menyandang 'nama keluarga' Warkop di belakang namanya.

Dono, Kasino, Indro, atau yang lebih dikenal dengan Warkop DKI lanjut menetaskan kritik sosial-politik berbalut komedi. Nama Warkop tak pernah hilang dari dunia hiburan Indonesia, bahkan hingga kini, ketika dua dari personelnya sudah kembali kepada Yang Maha Kuasa.

Lebih dari Saudara

Bertahun-tahun mengarungi dunia bersama, tentu menjadikan Dono dan Kasino lebih dari sekadar kakak bagi Indro yang notabene anggota Warkop yang paling muda.

"Bahkan, kadang mereka sudah seperti orang tua," lanjut Indro. "Tiga hal dalam hidup saya yang berpengaruh besar hingga saat ini adalah orang tua, Pramuka, dan Warkop."

Kedekatan Warkop memang mungkin lebih dari saudara sekandung. Masing-masing personel merasa diri mereka tak berarti apa pun tanpa, kehadiran dua anggota lainnya.

Maka, bayangkan saja betapa besarnya rasa kehilangan yang menggeluti hati Indro saat Tuhan memanggil kedua sahabatnya itu.

"Saat Mas Kasino sakit, saya dan Mas Dono selalu mengikuti perkembangannya setiap jam," Indro mengenang kembali masa pilu itu.

"Kami sudah siap jika Mas Kasino pergi sewaktu-waktu, karena logikanya memang begitu." Tetap saja, ibarat mobil yang kehilangan satu roda, tentu pincang jalannya. "Kami limbung ketika salah satu pergi," ungkapnya.

Terlebih lagi, ketika empat tahun kemudian, Dono menyusul sahabatnya tersebut. "Saya merasa, ah, kejadian lagi," lanjut Indro. "Dan saya selalu berpikir tanpa mereka, apa artinya saya? Maka satu tahun setelah Mas Dono pergi, saya tidak melakukan apa pun. Tutup buku. Saya pikir selesai sudah semuanya."

Kendati sempat jatuh ke titik nol, Indro tak membiarkan dirinya menyerah terlalu lama.

"Saya ingat mereka berpesan untuk terus mengibarkan bendera Warkop," lanjutnya. Berangkat dari amanah tersebut, Indro pun bangkit kembali.

"Saya harus bisa membuktikan kepada mereka bahwa saya pantang menyerah. Saya terus kibarkan bendera Warkop, walau kini telah sendiri." (Gaiz)


1 komentar:

  1. Maju terus om indro

    Kmai generasi muda hanya bisa mendengar perjuangan kalian, Kami bangga memiliki warkop DKI

    BalasHapus