Senin, 09 Desember 2013

Manfaat Sayur Genjer

Genjer (Limnocharis flava) adalah salah satu jenis tumbuhan yang hidup di tanah berair (rawa, empang atau sawah). Sekedar informasi, tanaman ini jadi simbol orang miskin. Pada jaman pendudukan Jepang (1942-1945) ketika krisis pangan terjadi, genjer jadi alternatif bahan makananan.

Genjer kaya akan kandungan protein, energy, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, dan serat. Sudah terbayangkan kah bagaimana diri kita jika kita mengkonsumsi genjer? Tidak akan sia-sia. Genjer adalah makanan yang enak untuk dikonsumsi dan juga menyehatkan badan kita.

Kini genjer tidak lagi identik dikonsumsi masyarakat golongan bawah, tetapi ia mulai merambah di beberapa restoran-restoran elit. Selain rasanya yang lezat, tumbuhan ini ternyata kaya unsur gizi. Dari beberapa penelitian ilmiah menyebutkan, daun tanaman yang konon berasal dari Amerika ini juga sangat baik untuk saluran pencernaan manusia karena memiliki kandungan serat yang reltif tinggi.

Daun dan bunga genjer mengandung kardenolin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan polifenol. Dalam setiap 100 g genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1,7 g, karbohidrat 7,7 g, kalsium 62 mg, fosfor 33 mg dan zat besi 2.1 mg. Sayuran ini juga kaya akan serat yang baik untuk menjaga saluran sistem pencernaan.

Jika rajin mengkonsumsi sayuran ini, dipercaya kanker kolon dan sembelit akan jauh dari Anda. Daun dan bunga genjer berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Untuk penambah nafsu makan dipakai ±15 gram daun segar genjer, dicuci dan dikukus sampai setengah matang lalu dimakan sebagai lalapan.

Lantaran sayuran ini kaya akan serat, sehingga dipastikan baik untuk menjaga saluran sistem pencernaan. Jika rajin mengkonsumsi sayuran ini, dipercaya kanker kolon dan sembelit akan jauh dari Anda.

Daun genjer juga menjadikan sumber inspirasi masyarakat untuk menciptakan sebuah lagu. Judul lagunya adalah “genjer-genjer” sebenarnya latar belakang lagu ini diciptakan adalah lagu Genjer-Genjer itu diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”. Lagu rakyat yang hidup di Banyuwangi itu, kemudian diberi syair baru seperti dalam lagu genjer-genjer. Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia. Pada saat itu, kondisi rakyat semakin sengsara dibanding sebelumnya.

Bahkan ‘genjer’ (Limnocharis flava) tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa sebelumnya dikonsumsi itik, namun menjadi santapan yang lezat akibat tidak mampu membeli daging. Menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 10), upaya yang dilakukan M Arif sesuai dengan fungsi Sastra Lisan, yaitu sebagai kritik sosial, menyidir penguasa dan alat perjuangan. Selain itu, genjer juga bias dijadikan sarana untuk membuka suatu lapangan pekerjaan. Dengan caranya yaitu budidaya tanaman genjer.

Genjer berkembang biak secara generatif dengan biji, serta vegetatif dengan sulur (anakan). Maka dalam waktu cepat genjer menyebar ke seluruh lahan basah dataran rendah dan menengah di Indonesia, terutama di lahan sawah. Bersama dengan tanaman air lainnya, genjer kemudian menjadi gulma bagi tanaman padi sawah.

Meskipun dalam waktu cepat menyebar ke areal persawahan, genjer bukan menjadi gulma yang potensial mengancam tanaman padi. Beda dengan eceng gondok, yang kemudian menjadi gulma yang mengancam perairan tropis, dan sampai sekarang sulit untuk diatasi, genjer tidak terlalu mengganggu tanaman padi di sawah. Bahkan para petani bisa memanfaatkannya sebagai sayuran yang cukup lezat citarasanya.